Tafsir Ilmi Tentang Petir
Terlepas dari pro dan kontra Tafsir Ilmi atau tafsir sains, tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa Tafsir Saintis merupakan upaya modern untuk mengungkap rahasia-rahasia yang dikandung oleh al-Quran sebagai khazanah keilmuan. Dan pengungkapan ilmiah tersebut juga sudah banyak yang dilakukan oleh para intelektual muslim, seperti Abbas al-Aqqad, Adnan Oktar (Harun Yahya), dll. Sehingga dapat terliat kajian seperti ini sangat berkembang dengan baik.
Namun, dalam kesempatan ini kita sebagai pelajar yang memiliki latar belakang keilmuan Islam yang non saintis, maka dalam hal demikian hanya dapat memberikan kutipan dari berbagai penemuan yang dilakukan oleh para ilmuan sains dan juga ilmuan tafsir. Sehingga dengan metoda komparasi ini dapat memberikan gambaran tentang makna sains yang dikandung oleh al-Quran.
1. Petir
Salah satu dari ayat kauniah yang terkandung di dalam surat ar-Ra'd yaitu terdapat pada ayat 13:
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat Karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan yang Maha keras siksa-Nya.”
Ayat diatas memberikan contoh yang jelas bahwa halilintar (ar-Ra’du) adalah makhluk atau ciptaan Allah yang senantiasa tunduk dan bertasbih kepada Allah. Halilintar dalam pandangan teori fisika modern hanyalah peristiwa alam dimana terjadi benturan partikel listrik positif dan negative yang bisa menimbulkan bunyi yang dahsyat seperti amatan Benyamin Franklin. Perlu kita cermati bahwa manusia adalah bagian dari alam yang paling kecil dibanding planet, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan purba dsb. Istimewanya manusia diberi kesempatan melakukan kebajikan atas petunjuk Allah atau durhaka kepada allah karna mengikuti hawa nafsunya.
a. Makna Petir (ar-Ra’dlu)
Kata ar-Ra’dlu secara bahasa memiliki beberapa derevasi makna, antara lain, ancaman, gemetar, bersolek. Dan juga mengalami gemetar dan gejolak karena takut.Sedangkan belahan kata dari susunan huruf ra, ‘ain, dal, itu menunjukkan pada arti gerakan dan guncangan. Oleh sebab itu, apapun yang mengalami guncangan maka akan menimbulkan ketakutan. Tetapi jika di dalam wilayah pembahasan tentang Petir maka ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata ar-Ra’du adalah kedatangan malaikat dengan menggiring awan, atau kepergian malaikat dengan menggiring awan. Atau yang senada dengan penjelasan demikian sebagaimana disampaikan dalam salah satu hadis:
حدثنا إسحاق بن إسماعيل ، نا إسحاق بن سليمان الرازي ، عن أبي سنان ، عن الأعمش : « أن اليهود سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الرعد ، فقال : » صوت ملك «
“Diceritakan oleh Ishak bin Ismail dari Ishak bin Sulaiman ar-Razi dari Abu Sinaan dari al-A’mas yang menceritakan bahwa orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah tentang Petir. Kemudian Rasulullah menjawab, “Petir itu adalah suara malaikat.”
Jika demikian, maka ada kesepekatan dan kesamaan terkait dengan pengertian ar-Ra’dlu dari yang diberikan oleh Rasulullah dan yang telah diketahui oleh orang-orang Yahudi, sehingga jika mengutip hadis tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan ar-Ra’dlu adalah malaikat Allah.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi dari arah lain tentang makna ar-Ra’dlu, ia mengatakan bahwa kata ar-Ra’dlu adalah bentuk masdar dari kata ra’ada, yar’adu, ra’dan, yaitu gerakan yang menghasilkan suara. Adapun malaikat yang menggerakan awan dan memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain, dan yang menggerakkan di alam bawah maupun di alam atas. Sedangkan suara manusia adalah yang dihasilkan dari gerakan anggota tubuhnya, dari mulutnya, bibirnya, giginya, tenggorokannya, dll. Dan dengan menggerakkan semua itu adalah bentuk tasbihnya kepada Tuhan. Yang ia telah diperintahkan oleh Tuhannya untuk melakukan amal makruh dan dicegah dari perbuatan yang mungkar. Adapun yang dimaksud dengan ar-Ra’dlu atau petir adalah suara yang membentak awan, begitu juga yang dimaksud dengan al-Barqu.Namun, imam as-Suyuti ketika memberikan tafsiran makna ar-Ra’dlu ia sepakat dengan pernyataan bahwa yang dimaksud adalah malaikat yang diutus untuk menggiring awan. Dan ketika ia mememberikan penafsiran pada kata al-Barqu, dikatakan sebagai kilauan cahaya yang muncul di sela-sela awan. Jadi, ia membedaka antara makna ar-Ra’dlu dan al-Barqu.
b. Penafsiran Ulama Tafsir Pada Kata ar-Ra’du
Pada kata ar-Ra’lu yang diartikan sebagai Petir dalam makalah ini, yaitu dengan merujuk di dalam surat ar-Ra’ad ayat 13 para mufasir memiliki penjelasan yang beragam, antara lain, Imam Fakhrudiin ar-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Gaib memberikan pandangannya terkait dengan kata ar-Ra’du atau Petir, dan ketika menyikapi pada surat ar-Ra’ad ayat 13, ia mengatakan bahwa ada beberapa pendapat, tetapi pada intinya dimaksud dengan ar-Ra’du adalah nama salah satu malaikat dari para malaikat Allah. Sedangkan suara yang kita dengarkan adalah suara dari malaikat itu yang bertasbih, dan bertahlil kepada Allah. ar-Razi berkata demikian karena ia mengutip hadis yang disampaikan oleh Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah ditanya tentang ar-Ra’du oleh orang-orang Yahudi, kemudian beliau menjawab bahwa itu adalah malaikat dari para malaikat Allah yang diutus untuk mengawasi awan dan ia memiliki alat dari api, dan ia menggiring awan itu kemana saja sesuai yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ketika Rasulullah ditanya tentang suara, maka beliau menjawab bahwa itu adalah bentakan malaikat kepada awan.
Begitu juga yang disampaikan oleh Sayyid Thantawi bahwa Ar-Ra’du adalah salah satu malaikat dari malaikat Allah, tetapi tidak menafikan jika itu adalah “pembicaraan” Allah, karena ada salah satu hadis yang ia kutip dari Ibnu Katsir:
إذا سمع الرعد والصواعق قال : " اللهم لا تقتلنا بغضبك ، ولا تهلكنا بعذابك ، وعافنا قبل ذلك
“Ketika mendengar Petir dan kilat, maka ucapkanlah, “Ya Allah, janganlah kamu membunuh kami dengan amarahMu, janganla Engkau hancurkan kami dengan siksaaMu, dan berilah maaf kepada kami sebelum semua itu terjadi.”
Sepertinya para mufasir sepakat dengan memberikan keterangan bahwa yang dimaksud dengan ar-Ra’du ialah salah satu jenis dari malaikat Allah.Sehingga penjelasan ilmiah tidak diketemukan dalam penulisan ini. Pendapat yang sama juga penulis temukan di dalam Tafsir as-Shawi, yang disampaikan oleh Imam Shawi di dalam Hasyiyah-nya, ia setuju dengan pendapat imam Jalalin yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-Ra’du adalah malaikat yang diutus oleh awan untuk menjaga awan. Dan menurutnya, pengertian seperti itu sudah sangat populer di kalangan para mufasir. Adapun suara yang kita dengarkan, itu adalah suara tasbihnya malaikat yang diutusn untuk awan, dan ketika para malaikat lainnya mendengarkan tasbihnya, kemudian semua malaikat bertasbih bersamanya. Kemudian turunlah hujan. Ada juga yang mengatakan itu adalah suara alat yang digunakan oleh malaikat untuk memukul awan.
No comments